True life in Vietnam !
Meninggalkan rutinatas sejenak dan melepaskan carut marut kota Jakarta yang semakin sengkarut untuk
membuka mata dan melihat keindahan dunia luar dengan jalan-jalan ala
backpacker adalah hobi saya, yang memang suka dengan tantangan dan
petualangan. Ingin selalu melakukan hal-hal yang tak pernah saya lakukan
agar hati tak bertanya-tanya agar mimpi jadi kenyataan, begitu kata om
tony q. Tidak puas rasanya hanya mendengar dan membaca dari buku atau
cerita teman tentang keindahan alam dan eksotisme suatu negara diluar
sana tanpa bisa merasakan dan menyaksikan sendiri dengan hadir ditengah mereka.
Perjalanan saya menjelajah asia tenggara memang tidak direncanakan alias nekat, karena saya hanya seorang diri dan baru pertama kali keluar negeri tanpa
teman yang memang sedang tidak akur waktunya. Seperti petualangan saya
yang sudah-sudah selalu mendadak mengikuti suasana hati yang selalu
ingin dituruti. Hehe.
Awal tahun 2013 pertengahan bulan januari ketika kontrak kerja
saya selesai, saya mulai memutuskan untuk bisa mewujudkan mimpi saya
berpetualang ke indocina dataran asia tenggara yang semua negaranya
bebas visa karena masuk dalam komunitas negara Asean.
Akhirnya
saya pun mencari informasi bagaimana melakukan perjalanan backpacker
dengan dana low budget bisa blusukan 5 negara sekaligus dengan waktu 19 hari yang saya rencanakan. Jawabannya, silahkan buka internet semuanya ada dan lengkap!! Terutama untuk penerbangan murah Air Asia yang memberikan solusi penerbangan murah sesuai kantong backpacker.
Saya juga mendapat info tentang Negara tujuan saya dari
artson-travelpedia, milis Backpacker Indonesia, oryza, dan reza, thanks
all.. semuanya hasil searching singkat di dunia maya. Negara mana saja yang dijelajahi?
saya memulai petualangan dari Vietnam -Laos - Thailand - Malaysia - Singapura.
dan akhirnya dari Singapore menggunakan kapal ferry finish di batam ( 1,5 Jam, Rp 184.000,-) untuk selanjutnya terbang ke Jakarta, lumayan nekat batin saya. Dan semua jalur darat yang saya lewati aman untuk backpackers maupun pemula seperti saya.
Hunting
tiket murah pun dimulai, cek semua maskapai dan akhirnya dapat tiket Air Asia promo jakarta-Ho chi minh Rp.669.000,- berangkat tanggal 14
februari 2013 jam 16.35 WIB lalu boking tiket maskapai jetstar tanggal
18/02/2013 ho chin minh-hanoi masih harga promo Rp 470,000,- dan tiket
pulang dari batam-jakarta tanggal 5 maret 2013 menggunakan maskapai
citylink Rp 188.000,-. Semua dengan harga promo, itulah esensi
backpacker harus mencari harga termurah dari yang murah, alias penuh
perhitungan. (haha..) sudah selesai persiapannya? Belum!
Karena
ini petulangan edisi nekat dan saya belum punya passport maka saya
harus mengurus ke kantor imigrasi terdekat agar bisa memperoleh passport
yang menjadi tiket untuk bisa bergaul dengan dunia luar. Setelah
seminggu saya mengurus permohonan passport dikantor imigrasi jakarta
selatan, akhirnya hari kedelapan passport saya selesai dan bisa diambil
dengan membayar keseluruhan Rp 255.000,-.
Imigrasi jakarta selatan sedang membangun citra positif sehingga para
pemohon mudah untuk mengurus sendiri walaupun antriannya sedikit parah.
Saya sarankan datang jam 6 pagi untuk mengantri karena diatas jam 7
antrian sudah mengular sampai ke basemant tempat parkir.
Perlengkapan yang saya bawa hanya untuk kabin dalam pesawat jadi tidak boleh lebih dari 15Kg. Ransel
ukuran 30 liter, dengan bawaan kaos 6 potong, celana pendek 2, celana
panjang 2, pakaian dalam serta obat-obatan standar dan peralatan mandi
tentunya. Untuk asesoris kacamata hitam (wajib), MP4, headlamp persiapan
masuk chu chi tunnels, note book kecil serta pulpen agar bisa mencatat
segala peristiwa, untuk mengabadikan setiap moment saya membawa Canon
EOS Rebel T3.
Agar memudahkan transaksi dinegara asia tenggara, sebaiknya menukar rupiah ke USD sejak
di indonesia sebab nilai tukar USD cukup tinggi di negara asean dan
info yang saya dapat hampir semua negara asean menerima pembayaran mata
uang USD. Total yang saya bawa ada 280 USD.
Dan
tibalah hari yang dinanti, kamis 14 Februari 2013 sebelum berangkat ke
bandara soekarno hatta saya mengecek ulang perlengkapan seperti
passport, tiket, dan perlengkapan yang lain setelah
semua beres akhirnya pamitan sama orang tua minta doa agar selamat
sampai pulang kerumah, kalo terjadi apa-apa ya tinggal datang ke KBRI
dinegara bersangkutan minta dipulangin, itu yang terpikirkan seandainya
hilang dinegara orang. Hehe..
Hari pertama 14-februari 2013
Pesawat Air Asia on time terbang sesuai jadwal pukul 16.35 WIB dari bandara
soekarno hatta dan tiba dibandara Tan son nhat Ho chi minh city pukul
19.45 tidak ada perbedaan waktu antara indonesia dan vietnam. Turun
dari pesawat saya coba tengok kiri kanan apakah ada yang satu golongan
dengan saya dari indonesia ternyata ada sepasang suami istri yang sedang
honeymoon, maka saya pun coba menyapa agar bisa bareng satu taksi
menuju distrik satu saigon daerah ben than market pusat touris dan
penginapan murah di ho chi minh city, mereka sengaja datang ke ho chi
minh untuk berbulan madu, (romantis aje, alias sirik nih, wkkk).
Saat di imigasi pengecekan passport untuk masuk ke vietnam petugasnya wanita menanyakan ‘tujuan datang
ke ho chi minh’? lalu saya menjawab untuk liburan dan ditanya lagi
“mana tiket pulang”? saya bilang saya akan ke hanoi lalu menggunakan bus
ke laos. Petugasnya
agak sedikit penasaran, karena passport saya baru dikeluarkan tanggal
31 januari 2013 dan masih kosong alias ‘perawan’ sehingga menimbulkan
kecurigaan, ditambah lagi tiket pulang yang saya sodorkan melalui
batam-jakarta dia bingung ‘batam itu dimana’? Saya jawab itu wilayah
indonesia dan saya akan menempuh jalur darat dari hanoi sampai singapore
lalu menyebrang ke batam. Akhirnya petugas wanita itupun menyerah dan
mencap passport saya pertanda saya diperbolehkan tinggal selama satu
bulan dinegara komunis tersebut. Piuffhh…!!
Suasana bandara Tan son nhat Ho chi minh
city, ga pake sistem antrian semua berebut untuk dapat taksi Vinasun or
Mailinh. kocak ya.. wkkk
Setelah
keluar dari imigrasi masih dibandara saya mencari money changer untuk
menukar USD ke dong mata uang vietnam ( nilai tukar 1 USD = 20.000 dong)
lebih rendah setengahnya dari rupiah. Segera saya menghampiri kawan
dari indonesia yang sedang honeymoon untuk sharing ongkos taksi agar
lebih murah. Dan kami memilih taksi Vinasun yang memang rekomendasi dari
teman yang pernah ke vietnam karena lebih murah dari taksi lainnya.
Ongkos dari bandara ke benthan market sekitar 170.000 dong atau sekitar
85 ribu rupiah dan sopir pun mengantarkan ke alamat hotel tempat
menginap pasangan kawan ini.
Durasi perjalanan dari bandara ke distrik satu benthan market kurang lebih 45 menit, karena
saya belum booking hotel maka saya mencari on the spot hostel murah dan
dapatlah di jalan pham ngu lao nama hostelnya saigon backpacker hostel
kamar dominitory isi 6 orang 7 USD/malam, sudah termasuk sarapan pagi, wifi gratis sama layanan internet gratis murah bukan?, sebab masih diwilayah distrik satu pusat area tourist.
Setelah melepas ransel dikamar jam menunjukan pukul 11 malam
saya pun keliling di area distrik satu yang memang tidak pernah mati
oleh aktifas hiburan malam. Bagi yang muslim sungguh sulit mencari
makanan halal divietnam seperti kita mencari pacar baru (hehe..)
sangat menantang karena semua masakan yang dimasak oleh penduduk lokal
rata-rata mengandung babi, cari aman saya akhirnya memesan nasi ayam
seharga 30.000 dong atau 15 ribu rupiah. Setelah itu balik ke hostel dan
istirahat. zZZzz..
Ini
pengalaman pertama saya keluar negeri dan paling jauh terdampar di
vietnam negara komunis yang mempunyai aksara dan bahasa yang berdeda
sungguh tantangan tersendiri. Namun yang membuat saya tertarik adalah
sejarahnya, warganya pernah menganut paham marxisme-leninisme musuh dari
kapitalisme. Melihat kehidupan warga vietnam dari dekat dengan rasa
nasionalisme yang tinggi sungguh heroik.
Disemua tempat apakah itu jalan protokol, rumah pribadi, hotel, rumah
sakit, kantor pemerintah bahkan di panti pijat selalu berkibar panji
panji komunis bendera vietnam maupun bendera palu arit yang menjadi
simbol perlawanan Ho chi Minh saat membawa bangsanya keluar dari krisis
perang saudara dan mengalahkan Amerika.
Meski demikian secara ekonomi vietnam sudah tidak lagi menutup diri
terhadap dunia luar dan pasar bebas, ini bisa kita lihat dari masuknya
budaya barat yang memang sangat mendominasi di area touris distrik satu
saigon, serba western!
the general post office
Hari kedua
di HCMC saya habiskan untuk berkeliling distrik satu mengunjungi objek
wisata museum dan bangunan bersejarah, pertama reunification pallace
tiket masuknya 20 ribu dong atau 10 ribu rupiah. Reunification Palace
sebelumnya dikenal sebagai Istana Kemerdekaan, dirancang oleh arsitek
Ngo Viet Kam sebagai rumah dan tempat kerja Presiden Vietnam Selatan
selama Perang Vietnam dan tempat penyerahan kekuasaan resmi selama
Kejatuhan Saigon pada tanggal 30 April 1975. Ini kemudian dikenal sebagai Istana Kemerdekaan, banyak
terdapat ruangan mewah di dalamnya. Setelah mengelilingi gedung ini
selama 45 menit saya pun beranjak keluar untuk menuju war remain museum
yang berdekatan dengan reunification pallace.
Hari ketiga
di ho chi minh city saya memilih satu hari full tour cu chi tunnels dan
cao dai temple dengan harga 8 USD sudah termasuk bus PP dan guide tapi
belum termasuk tiket cu chi tunnel seharga 40 ribu rupiah. Jam 8 pagi
saya sudah dijemput oleh tour guide menuju bus yang sudah siap didepan
hostel, didalam bus sudah penuh dengan bule-bule dari eropa, australia
dan jepang. Hanya saya seorang yang berasal dari indonesia, asik aja.
Lalu tour guidenya yang seorang perempuan muda vietnam dengan bahasa
inggris yang expert dicampur dengan logat vietnam menjelaskan perjalanan
tour kita kali ini pertama mengunjungi cao dai temple baru menuju cu
chi tunnels. Akhirnya bus bergerak perlahan menuju cao dai, sedikit
lambat memang mungkin sudah budaya lalu lintas di vietnam yang sedikit
tertib hampir semua bus tidak ada yang melebihi kecepatan 60km/jam, beda
dengan di republik mimpi tempat saya tinggal. Hehe..
Cao
dai temple terletak diluar kota ho chi minh sekitar 70km lebih, setelah
menempuh perjalanan 2 jam akhirnya bus sampai di area cao dai temple
dimana pintu masuknya sebuah gerbang yang didalamnya banyak sekali
terdapat banungan unik dan yang utama adalah cao dai temple. Cao Dai adalah salah satu agama yang dianut oleh penduduk Vietnam merupakan
perpaduan dari ajaran Konfusianisme, Taoisme, teori karma, kelahiran
kembali dari agama Buddha, Katolik Roma, dan sedikit Agama islam.
Para
penganut kepercayaan Cao Dai percaya bahwa pada prinsipnya semua agama
adalah sama. Ini tercermin dari bangunannya yang khas dengan agama
budha, hindu, kong hu cu, tao, kristen, katolik dan islam. Setelah
menghabiskan waktu 45 menit melihat kemegahan bangunan cao dai temple
serta melihat aktifitas ibadah yang sedang berlangsung, saya pun menuju
bus untuk menuju tujuan berikutnya cu chi tunnels.
Sejarah
kelam perang saudara di tahun 1970an dan keterlibatan tentara amerika
membuat cu chi tunnels menjadi saksi bisu betapa kecanggihan senjata
modern yang dimiliki tentara amerika tidak bisa mematikan perlawanan
tentara vietkong pada masa itu. Melalui bangunan bunker bawah tanah, Cu
Chi terowongan yang panjangnya lebih dari 250 km dan memiliki tiga
level, mempunyai fungsi masing-masing dengan kedalaman 3 sampai 9
meter. Membuat tentara vietkong leluasa meyusun perlawanan gerilya yang
sangat tradisional dengan memanfaatkan hutan dan alam yang ada.
Didalam tunnels itulah semua aktifitas dijalankan mulai dari memasak,
tidur, membuat rumah sakit, gudang senjata sampai tempat persalinan bagi
wanita-wanita Vietkong yang akan melahirkan semua dilakukan dalam
keadaan darurat dibawah tanah. Di sini juga kita bisa melihat
macam-macam ranjau dan jebakan yang dibuat oleh tentara vietkong untuk
menghambat pergerakan tentara amerika. Dan sampai hari ini terowongan
itu masih berdiri kokoh menjadi saksi bisu bahwa militansi serta tekad
rakyatlah dan bukan teknologi yang menentukan siapa yang menang perang.
Di
area cu chi tunnels ini kita bisa mencoba berbagai jenis senjata yang
digunakan tentara vietkong maupun tentara amerika saat perang vietnam
dulu. Mulai dari AK47, M16, M1
sampai M30 bisa kita jajal, tapi cukup mahal memang untuk mencoba
senjata tersebut diperlukan minimal 270 ribu dong atau sekitar 120 ribu
rupiah untuk sembilan peluru tidak boleh kurang dari sembilan peluru
karena sudah satu paket.
Selepas diajak berkeliling dari semua tempat yang ada di area cu chi
tour guide mengajak rombongan tour untuk menonton film kisah perang
vietnam dengan setting tahun 70an yang
masih hitam putih menceritakan perlawanan heroik tentara vietkong
melawan tentara amerika dan film ini menutup tour di cu chi tunnels,
sungguh pengalaman yang berharga bisa melihat dan merasakan langsung
tempat paling angker bagi tentara amerika di vietnam.
Hari ke empat dan kelima
saya habiskan untuk jalan-jalan diseputar distrik satu bersama
kawan-kawan baru, minum kopi khas Vietnam nongkrong di jalan bui vien,
de tham dan pham ngu lao sambil melihat kehidupan warga Vietnam dari
dekat, sungguh True life in Vietnam ! Terima kasih Air Asia, ditunggu promo selanjutnya..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar