9 Mar 2013

Menembus Batas bersama Air Asia

Blusukan ala backpacker di 5 negara 11 kota asia tenggara

True life in Vietnam !


Meninggalkan rutinatas sejenak dan melepaskan carut marut kota Jakarta yang semakin sengkarut untuk membuka mata dan melihat keindahan dunia luar dengan jalan-jalan ala backpacker adalah hobi saya, yang memang suka dengan tantangan dan petualangan. Ingin selalu melakukan hal-hal yang tak pernah saya lakukan agar hati tak bertanya-tanya agar mimpi jadi kenyataan, begitu kata om tony q. Tidak puas rasanya hanya mendengar dan membaca dari buku atau cerita teman tentang keindahan alam dan eksotisme suatu negara diluar sana tanpa bisa merasakan dan menyaksikan sendiri dengan hadir ditengah mereka.

Perjalanan saya menjelajah asia tenggara memang tidak direncanakan alias nekat, karena saya hanya seorang diri dan baru pertama kali keluar negeri tanpa teman yang memang sedang tidak akur waktunya. Seperti petualangan saya yang sudah-sudah selalu mendadak mengikuti suasana hati yang selalu ingin dituruti. Hehe.

Awal tahun 2013 pertengahan bulan januari ketika kontrak kerja saya selesai, saya mulai memutuskan untuk bisa mewujudkan mimpi saya berpetualang ke indocina dataran asia tenggara yang semua negaranya bebas visa karena masuk dalam komunitas negara Asean. 

Akhirnya saya pun mencari informasi bagaimana melakukan perjalanan backpacker dengan dana low budget bisa blusukan 5 negara sekaligus dengan waktu 19 hari yang saya rencanakan. Jawabannya, silahkan buka internet semuanya ada dan lengkap!! Terutama untuk penerbangan murah Air Asia yang memberikan solusi penerbangan murah sesuai kantong backpacker. Saya juga mendapat info tentang Negara tujuan saya dari artson-travelpedia, milis Backpacker Indonesia, oryza, dan reza, thanks all.. semuanya hasil searching singkat di dunia maya. Negara mana saja yang dijelajahi?

saya memulai petualangan dari Vietnam -Laos - Thailand - Malaysia - Singapura

Dengan route pesawat : Jakarta - Ho Chi MinhHanoi, seterusnya dari Hanoi sampai singapore saya tempuh melalui overland alias menggunakan Bus antar Negara dan antar kota. Hanoi-Vientiane ibu kota Laos : waktu tempuh dan harga tiket ( sekitar 24 jam, Rp 220.000) lalu menyebrang Vientiane- Nongkhai ( sekitar 1 jam, - +, Rp 17.000 ) dari Nongkhai ke Bangkok ibu Kota Thailand (sekitar 10 jam, - +, Rp 130.000), Bangkok- Phuket ( 13 Jam, Rp 170.000,-) terus lanjut Phuket-Hatyai ( 9 jam,- +, Rp 130.000,-) lalu Hatyai-Kuala Lumpur (9 Jam, Rp 160.000,-) setelah itu Kuala Lumpur- Melaka (2 jam, Rp 27.000,-) dari Melaka ke Singapore (3 jam, Rp 66.000,-)
dan akhirnya dari Singapore menggunakan kapal ferry finish di batam ( 1,5 Jam, Rp 184.000,-) untuk selanjutnya terbang ke Jakarta, lumayan nekat batin saya.  Dan semua jalur darat yang saya lewati aman untuk backpackers maupun pemula seperti saya.

Hunting tiket murah pun dimulai, cek semua maskapai dan akhirnya dapat tiket Air Asia promo jakarta-Ho chi minh Rp.669.000,- berangkat tanggal 14 februari 2013 jam 16.35 WIB lalu boking tiket maskapai jetstar tanggal 18/02/2013 ho chin minh-hanoi masih harga promo Rp 470,000,- dan tiket pulang dari batam-jakarta tanggal 5 maret 2013 menggunakan maskapai citylink Rp 188.000,-. Semua dengan harga promo, itulah esensi backpacker harus mencari harga termurah dari yang murah, alias penuh perhitungan. (haha..) sudah selesai persiapannya? Belum! 

Karena ini petulangan edisi nekat dan saya belum punya passport maka saya harus mengurus ke kantor imigrasi terdekat agar bisa memperoleh passport yang menjadi tiket untuk bisa bergaul dengan dunia luar. Setelah seminggu saya mengurus permohonan passport dikantor imigrasi jakarta selatan, akhirnya hari kedelapan passport saya selesai dan bisa diambil dengan membayar keseluruhan Rp 255.000,-.

Imigrasi jakarta selatan sedang membangun citra positif sehingga para pemohon mudah untuk mengurus sendiri walaupun antriannya sedikit parah. Saya sarankan datang jam 6 pagi untuk mengantri karena diatas jam 7 antrian sudah mengular sampai ke basemant tempat parkir.

Perlengkapan yang saya bawa hanya untuk kabin dalam pesawat jadi tidak boleh lebih dari 15Kg. Ransel ukuran 30 liter, dengan bawaan kaos 6 potong, celana pendek 2, celana panjang 2, pakaian dalam serta obat-obatan standar dan peralatan mandi tentunya. Untuk asesoris kacamata hitam (wajib), MP4, headlamp persiapan masuk chu chi tunnels, note book kecil serta pulpen agar bisa mencatat segala peristiwa, untuk mengabadikan setiap moment saya membawa Canon EOS Rebel T3.
Agar memudahkan transaksi dinegara asia tenggara, sebaiknya menukar rupiah ke USD sejak di indonesia sebab nilai tukar USD cukup tinggi di negara asean dan info yang saya dapat hampir semua negara asean menerima pembayaran mata uang USD. Total yang saya bawa ada 280 USD.
Dan tibalah hari yang dinanti, kamis 14 Februari 2013 sebelum berangkat ke bandara soekarno hatta saya mengecek ulang perlengkapan seperti passport, tiket, dan perlengkapan yang lain setelah semua beres akhirnya pamitan sama orang tua minta doa agar selamat sampai pulang kerumah, kalo terjadi apa-apa ya tinggal datang ke KBRI dinegara bersangkutan minta dipulangin, itu yang terpikirkan seandainya hilang dinegara orang. Hehe..

Hari pertama 14-februari 2013


Pesawat Air Asia on time terbang sesuai jadwal pukul 16.35 WIB dari bandara soekarno hatta dan tiba dibandara Tan son nhat Ho chi minh city pukul 19.45 tidak ada perbedaan waktu antara indonesia dan vietnam. Turun dari pesawat saya coba tengok kiri kanan apakah ada yang satu golongan dengan saya dari indonesia ternyata ada sepasang suami istri yang sedang honeymoon, maka saya pun coba menyapa agar bisa bareng satu taksi menuju distrik satu saigon daerah ben than market pusat touris dan penginapan murah di ho chi minh city, mereka sengaja datang ke ho chi minh untuk berbulan madu, (romantis aje, alias sirik nih, wkkk).


Saat di imigasi pengecekan passport untuk masuk ke vietnam petugasnya wanita menanyakan ‘tujuan datang ke ho chi minh’? lalu saya menjawab untuk liburan dan ditanya lagi “mana tiket pulang”? saya bilang saya akan ke hanoi lalu menggunakan bus ke laos. Petugasnya agak sedikit penasaran, karena passport saya baru dikeluarkan tanggal 31 januari 2013 dan masih kosong alias ‘perawan’ sehingga menimbulkan kecurigaan, ditambah lagi tiket pulang yang saya sodorkan melalui batam-jakarta dia bingung ‘batam itu dimana’? Saya jawab itu wilayah indonesia dan saya akan menempuh jalur darat dari hanoi sampai singapore lalu menyebrang ke batam. Akhirnya petugas wanita itupun menyerah dan mencap passport saya pertanda saya diperbolehkan tinggal selama satu bulan dinegara komunis tersebut. Piuffhh…!!

 Suasana bandara Tan son nhat Ho chi minh city, ga pake sistem antrian semua berebut untuk dapat taksi Vinasun or Mailinh. kocak ya.. wkkk

Setelah keluar dari imigrasi masih dibandara saya mencari money changer untuk menukar USD ke dong mata uang vietnam ( nilai tukar 1 USD = 20.000 dong) lebih rendah setengahnya dari rupiah. Segera saya menghampiri kawan dari indonesia yang sedang honeymoon untuk sharing ongkos taksi agar lebih murah. Dan kami memilih taksi Vinasun yang memang rekomendasi dari teman yang pernah ke vietnam karena lebih murah dari taksi lainnya. Ongkos dari bandara ke benthan market sekitar 170.000 dong atau sekitar 85 ribu rupiah dan sopir pun mengantarkan ke alamat hotel tempat menginap pasangan kawan ini.

Durasi perjalanan dari bandara ke distrik satu benthan market kurang lebih 45 menit, karena saya belum booking hotel maka saya mencari on the spot hostel murah dan dapatlah di jalan pham ngu lao nama hostelnya saigon backpacker hostel kamar dominitory isi 6 orang 7 USD/malam, sudah termasuk sarapan pagi, wifi gratis sama layanan internet gratis murah bukan?, sebab masih diwilayah distrik satu pusat area tourist

Setelah melepas ransel dikamar jam menunjukan pukul 11 malam saya pun keliling di area distrik satu yang memang tidak pernah mati oleh aktifas hiburan malam. Bagi yang muslim sungguh sulit mencari makanan halal divietnam seperti kita mencari pacar baru (hehe..) sangat menantang karena semua masakan yang dimasak oleh penduduk lokal rata-rata mengandung babi, cari aman saya akhirnya memesan nasi ayam seharga 30.000 dong atau 15 ribu rupiah. Setelah itu balik ke hostel dan istirahat. zZZzz..

Ini pengalaman pertama saya keluar negeri dan paling jauh terdampar di vietnam negara komunis yang mempunyai aksara dan bahasa yang berdeda sungguh tantangan tersendiri. Namun yang membuat saya tertarik adalah sejarahnya, warganya pernah menganut paham marxisme-leninisme musuh dari kapitalisme. Melihat kehidupan warga vietnam dari dekat dengan rasa nasionalisme yang tinggi sungguh heroik.

1370188563862057435
Jalan De tham diujungnya terdapat caffe buffalow crazy tempat para penggila party

Disemua tempat apakah itu jalan protokol, rumah pribadi, hotel, rumah sakit, kantor pemerintah bahkan di panti pijat selalu berkibar panji panji komunis bendera vietnam maupun bendera palu arit yang menjadi simbol perlawanan Ho chi Minh saat membawa bangsanya keluar dari krisis perang saudara dan mengalahkan Amerika. Meski demikian secara ekonomi vietnam sudah tidak lagi menutup diri terhadap dunia luar dan pasar bebas, ini bisa kita lihat dari masuknya budaya barat yang memang sangat mendominasi di area touris distrik satu saigon, serba western!

1373996705620268426
Suasana malam dijalan de tham distrik satu saigon.

Suasana malam di area distrik satu saigon, 24 jam non stop !
Saya menghabiskan 5 hari 4 malam di ho chi minh city bersama teman-teman baru dari negara lain yang tinggal satu hostel dengan saya, Australia, Kanada, Belanda, Inggris dan Jepang. sangat menyenangkan. objek wisata yang paling terkenal di HCMC adalah cu chi tunnels, cao dai temple dan menyusuri sungai delta mekong yang semuanya terletak diluar kota ho chi minh sekitar 2.5-3 jam perjalanan. Selain objek wisata dalam kota seperti : city hall, ben than market, reunification palace, saigon opera house, the war remant musuem, the notre dame cathedral dan the general post office, semua ini bangunan peninggalan arsitek perancis dan masih terawat baik sampai sekarang dan letaknya pun saling berdekatan masih diwilayah distrik satu bisa ditempuh dengan jalan kaki.
Patung Bunda Maria di notre dame cathedral.


the general post office


Patung pejuang, persis didepan pasar Ben than Market.


Didepan balai kota city hall

Hari kedua di HCMC saya habiskan untuk berkeliling distrik satu mengunjungi objek wisata museum dan bangunan bersejarah, pertama reunification pallace tiket masuknya 20 ribu dong atau 10 ribu rupiah. Reunification Palace sebelumnya dikenal sebagai Istana Kemerdekaan, dirancang oleh arsitek Ngo Viet Kam sebagai rumah dan tempat kerja Presiden Vietnam Selatan selama Perang Vietnam dan tempat penyerahan kekuasaan resmi selama Kejatuhan Saigon pada tanggal 30 April 1975. Ini kemudian dikenal sebagai Istana Kemerdekaan, banyak terdapat ruangan mewah di dalamnya. Setelah mengelilingi gedung ini selama 45 menit saya pun beranjak keluar untuk menuju war remain museum yang berdekatan dengan reunification pallace. 

 
Reunification Pallace, dulunya rumah dan tempat kerja Presiden Vietnam Selatan selama Perang Vietnam 

Hari ketiga di ho chi minh city saya memilih satu hari full tour cu chi tunnels dan cao dai temple dengan harga 8 USD sudah termasuk bus PP dan guide tapi belum termasuk tiket cu chi tunnel seharga 40 ribu rupiah. Jam 8 pagi saya sudah dijemput oleh tour guide menuju bus yang sudah siap didepan hostel, didalam bus sudah penuh dengan bule-bule dari eropa, australia dan jepang. Hanya saya seorang yang berasal dari indonesia, asik aja.

Lalu tour guidenya yang seorang perempuan muda vietnam dengan bahasa inggris yang expert dicampur dengan logat vietnam menjelaskan perjalanan tour kita kali ini pertama mengunjungi cao dai temple baru menuju cu chi tunnels. Akhirnya bus bergerak perlahan menuju cao dai, sedikit lambat memang mungkin sudah budaya lalu lintas di vietnam yang sedikit tertib hampir semua bus tidak ada yang melebihi kecepatan 60km/jam, beda dengan di republik mimpi tempat saya tinggal. Hehe..

Cao dai temple terletak diluar kota ho chi minh sekitar 70km lebih, setelah menempuh perjalanan 2 jam akhirnya bus sampai di area cao dai temple dimana pintu masuknya sebuah gerbang yang didalamnya banyak sekali terdapat banungan unik dan yang utama adalah cao dai temple. Cao Dai adalah salah satu agama yang dianut oleh penduduk Vietnam merupakan perpaduan dari ajaran Konfusianisme, Taoisme, teori karma, kelahiran kembali dari agama Buddha, Katolik Roma, dan sedikit Agama islam. 

Para penganut kepercayaan Cao Dai percaya bahwa pada prinsipnya semua agama adalah sama. Ini tercermin dari bangunannya yang khas dengan agama budha, hindu, kong hu cu, tao, kristen, katolik dan islam. Setelah menghabiskan waktu 45 menit melihat kemegahan bangunan cao dai temple serta melihat aktifitas ibadah yang sedang berlangsung, saya pun menuju bus untuk menuju tujuan berikutnya cu chi tunnels.

 
Cao dai temple, semua agama jadi satu didalamnya. Agama yang unik!



Cara ibadah penganut agama cao dai yang menyerupai sujud.

Sejarah kelam perang saudara di tahun 1970an dan keterlibatan tentara amerika membuat cu chi tunnels menjadi saksi bisu betapa kecanggihan senjata modern yang dimiliki tentara amerika tidak bisa mematikan perlawanan tentara vietkong pada masa itu. Melalui bangunan bunker bawah tanah, Cu Chi terowongan yang panjangnya lebih dari 250 km dan memiliki tiga level, mempunyai fungsi masing-masing dengan kedalaman 3 sampai 9 meter. Membuat tentara vietkong leluasa meyusun perlawanan gerilya yang sangat tradisional dengan memanfaatkan hutan dan alam yang ada.

Didalam tunnels itulah semua aktifitas dijalankan mulai dari memasak, tidur, membuat rumah sakit, gudang senjata sampai tempat persalinan bagi wanita-wanita Vietkong yang akan melahirkan semua dilakukan dalam keadaan darurat dibawah tanah. Di sini juga kita bisa melihat macam-macam ranjau dan jebakan yang dibuat oleh tentara vietkong untuk menghambat pergerakan tentara amerika. Dan sampai hari ini terowongan itu masih berdiri kokoh menjadi saksi bisu bahwa militansi serta tekad rakyatlah dan bukan teknologi yang menentukan siapa yang menang perang.


Salah satu lubang bunker yang hanya bisa dimasuki oleh tentara vietkong karena ukurannya yang kecil.
 
The real vietkong.. hehe..

 
Salah satu pintu masuk ruangan bawah tanah di cu chi tunnels.

 
Dalam ruangan bawa tanah yang sudah dimodifikasi dan bisa dijelajahi oleh wisatawan.

Di area cu chi tunnels ini kita bisa mencoba berbagai jenis senjata yang digunakan tentara vietkong maupun tentara amerika saat perang vietnam dulu. Mulai dari AK47, M16, M1 sampai M30 bisa kita jajal, tapi cukup mahal memang untuk mencoba senjata tersebut diperlukan minimal 270 ribu dong atau sekitar 120 ribu rupiah untuk sembilan peluru tidak boleh kurang dari sembilan peluru karena sudah satu paket.

Selepas diajak berkeliling dari semua tempat yang ada di area cu chi tour guide mengajak rombongan tour untuk menonton film kisah perang vietnam dengan setting tahun 70an yang masih hitam putih menceritakan perlawanan heroik tentara vietkong melawan tentara amerika dan film ini menutup tour di cu chi tunnels, sungguh pengalaman yang berharga bisa melihat dan merasakan langsung tempat paling angker bagi tentara amerika di vietnam.

Setelah mendapat peluru, kita bisa lampiaskan disini tembak sesukanya.. dorr.dorr..


Hari ke empat dan kelima saya habiskan untuk jalan-jalan diseputar distrik satu bersama kawan-kawan baru, minum kopi khas Vietnam nongkrong di jalan bui vien, de tham dan pham ngu lao sambil melihat kehidupan warga Vietnam dari dekat, sungguh True life in Vietnam ! Terima kasih Air Asia, ditunggu promo selanjutnya..


Tidak ada komentar:

Posting Komentar