13 Mar 2013

Tantangan Menembus Laos, Long Way Down..!

Ini masih cerita blusukan saya di 5 Negara 11 Kota Asia Tenggara, bagian tiga Kota ke empat..


Tantangan menembus Laos Negara yang juga menganut paham komunis sungguh nyata didepan mata mengetes mental dan semangat saya dalam petualangan di indochina, benar benar seperti tragedi plus uji nyali. Memasuki Laos seperti berada diplanet lain mirip Vietnam, bahasa dan aksaranya berbeda juga wajah penduduknya hampir – hampir sama sungguh membuat saya sedikit shock. Tapi disinilah indahnya traveling, menjadi tantangan tersendiri untuk bisa meresapi dan menikmati budaya dan kehidupan warganya dari dekat. 

Cerita Ini dimulai saat saya membeli tiket Bus antar Negara dari Hanoi menuju Vientiane ibu kota laos saya bayar 23 USD hasil tawar menawar dengan salah satu agen bus di Old Quarter yang berada dipusat Kota Hanoi, tarif berbeda mereka kenakan terhadap wisatawan eropa dan amerika sekitar 30-40 USD. Perjalanan lintas negara ini menggunakan Sleeper Bus, Bus yang tidak pernah saya jumpai di Republik Uye. 

Sungguh waktu yang panjang tidak terasa membosankan dengan bus ini, karena setiap penumpang bisa tidur selonjoran disetiap bangku yang sudah didesain seperti tempat tidur lengkap dengan bantal dan selimutnya. Uniknya sebelum naik ke atas bus, seluruh penumpang diwajibkan membuka sepatu atau alas kaki dan menyimpannya didalam pelastik yang telah disediakan seperti saat kita mau masuk Masjid ada batas sucinya, jadi kondisi didalam bus steril dan nyaman, tapi sedkit aneh buat saya, hehe..

13658519222001909845 
( Suasana didalam Sleeper Bus. Semua enjoy dengan posisi masing-masing ) 

Saat berada diterminal bus Kota Hanoi ada 2 traveler yang wajahnya mirip melayu memperhatikan saya dan tas ransel yang saya kenakan, setelah beberapa saat akhirnya salah seorang dari mereka menghampiri saya dan bertanya “dari indonesia ya? “ iya” jawab saya,, “saya Ikbal dari malaysia bersama teman saya Azam sambil memperkenalkan diri” . Ternyata dari tadi mereka memperhatikan merk ransel yang saya gunakan Eiger, dan mereka cukup familiar dengan Eiger peralatan outdor buatan bandung-indonesia. Selamat lah saya punya teman dengan bahasa yang hampir sama tapi beda sejarah, cukup terhibur dengan bahasa melayu lidah saya tidak kaku lagi.

Bus pun meluncur membelah malam dari terminal dipusat kota hanoi pukul 08.00 malam waktu komunis, dan sopirnya masih tetap setia mengangkut penumpang disetiap pemberhentian bus. Didalam sleeper bus semua penumpang terlelap dengan mimpinya masing-masing dan saya masih terjaga bersama malam yang selalu menjanjikan untuk dinantikan. Sambil melihat kawan baru dari Malaysia sedang bermain kartu poker guna membunuh waktu didalam perjalanan.

1365852165158015156
 (Killing time, membunuh waktu sembari bermain kartu bersama teman baru diperjalanan )

1365852505565175750 
(Suasana pagi hari diperbatasan imigrasi Vietnam menuju Laos. Masih diselimuti kabut tebal. brrrrgg.. )

Paginya sekitar pukul 09.00 masih waktu komunis, bus berhenti disebuah pos jaga dan saya terbangun oleh hawa dingin yang menggigit, cukup membuat daging mengkerut. Cuaca diluar diselimuti kabut tebal jarak pandang hanya sekitar 15-20 meter sisanya tertutup kabut. Dan ternyata kami sudah sampai di perbatasan imigrasi Vietnam menuju Laos. Semua penumpang di haruskan turun oleh sopir bus untuk pengecekan dokumen imigrasi, saya dan teman dari malaysia berjalan kaki menuju imigrasi Vietnam untuk pengecekan passport.

13658526732063740188 
( Suasana di pos imigrasi Vietnam, wisatawan antri untuk pengecekan passport untuk meninggalkan Vietnam )

Setelah passport saya serahkan ke petugas imigrasi, tak lama kemudian nama saya dipanggil dan diminta membayar 25 ribu dong atau sekitar 12 ribu rupiah, meskipun sebenarnya info dari kedutaan Vietnam di Jakarta gratis tapi ya sudahlah cuma 12rb Rupiah ini pikir saya. Karena mata uang dong saya sudah habis saya memberikan satu lembar pecahan 1 USD dan diterima dengan senyum oleh petugas imigrasi Vietnam lalu “cetookk” passport saya distempel untuk bisa meninggalkan Negara komunis tersebut.  

1365852896542590708 
( Petugas imigrasi Vietnam sedang mengecek satu persatu passport wisatawan )

Berjalan kaki menuju pos imigrasi Laos cukup membuat badan kembali hangat meski cuaca diselimuti hawa dingin, sekitar 10 menit berjalan kaki saya tiba di pos imigrasi Laos untuk pengecekan passport dan visa on arrival bagi wisatawan asing. Bagi traveler Asia Tenggara free (bebas biaya masuk) untuk visa tinggal sebulan. Namun di Imigrasi laos petugas masih meminta kutipan 3 USD lebih besar dari imigrasi Vietnam, saya tak tahu untuk apa tapi karena saya tamu di Negara tersebut maka saya pun harus mengikuti aturan tuan rumah dan berusaha menjadi tamu yang baik, maka uang 3 USD saya keluarkan dari dalam dompet dengan muka kecut (^.*)

1365853001491120739 
( Semua penumpang diwajibkan turun berjalan kaki keluar dari Negara Vietnam untuk masuk Ke laos, sekitar 10 menit berjalan kaki.)

Sambil menunggu pemeriksaan imigrasi selesai saya berjalan disekeliling kantor imigrasi laos yang letaknya ditengah hutan dataran tinggi masuk dalam wilayah Nam Phao kota kecil diperbatasan Laos yang juga bersebelahan dengan Republik Rakyat Cina. Setelah pemeriksaan imigrasi selesai, semua penumpang kembali ke bus untuk melanjutkan perjalanan ke kota Vientiane Ibu Kota Laos yang masih sekitar 9 jam perjalanan.

1365853155373069175 
( Kantor Imigrasi Laos yang letaknya persis ditengah hutan kota kecil Nam Phao.)

Pemandangan di kiri kanan jalan selama 2 jam didominasi oleh sungai dan pegunungan, sehingga kondisi lelah dan gelisah terkonversi menjadi suasana petualangan mirip mirip sharina, (wkekekkk..) Dan memang lalu lintas didaerah perbatasan sangat sepi hanya beberapa kendaraan yang lewat menambah suasana tegang perjalanan.  

1365853285472895958 
( Pemandangan pegunungan setelah masuk Imigrasi Laos, menyejukan mata.)

Puncaknya saat bus kami mengalami pecah ban entah di KM berapa yang jelas masih jauh dari kota Vientiane, waktu menunjukan pukul 12 siang dan suasana disekitarnya hanya terdapat beberapa rumah penduduk selebihnya tanah gersang diselimuti padang rumput tandus serta semak belukar. Saya bertanya kepada sopir, How long time to Vientiane? Sambil garuk garuk kepala si sopir yang orang Vietnam mengacungkan enam jarinya, menggunakan bahasa isyarat lebih kurang sekitar 6 jam perjalanan lagi, lengkap sudah..! 

1365853634920397461 
( Dijalan ini detik-detik sebelum Bus yang saya tumpangi mengalami pecah ban)

Saya pun terpaksa menunggu sambil melihat kenek dan sopir mengganti ban serep yang sudah disiapkan, dan ajaibnya ban serep yang semestinya menjadi penyelamat justru tidak bisa digunakan karena sudah masuk masa pensiun alias ban reject yang tidak layak pakai. Lalu..? dalam keadaan pasrah, gerah karena cuaca yang panas ditambah daerah yang sepi ditengah gurun laos saya dipaksa menerima keadaan tidak nyaman ini sambil terus menunggu bantuan dari bengkel terdekat, yang dekatnya 3 jam lebih baru datang pertolongan itu.. OMG !. Setelah menunggu selama 3 jam akhirnya mobil pick up datang membawa ban serep pengganti dan bus pun kembali meluncur menuju Vientiane persis jam 3 sore lebih sedikit. 

13658537141263293934  
( Ganasnya jalan laos dengan aspal yang panas ditambah cuaca terik membuat bus mengalami pecah ban.)

Didalam bus saya memilih tidur sambil menahan sedikit rasa lapar karena belum makan dari pagi hanya sedikit bekal pisang, snack dan roti yang saya beli di Hanoi tapi cukup membantu. Saran buat traveler buah pisang sangat berguna untuk bekal perjalanan jauh menggunakan bus selain murah kaya kandungan serat, vitamin dan mineral juga mengenyangkan. Saya terbangun dengan bunyi klakson yang ramai saat bus berhenti di southern bus terminal (terminal dok-dok) ditengah kota Vientiane. Hari sudah gelap dan jam menunjukan pukul 8 malam, berarti sekitar 24 jam persis saya berada di dalam bus, piuuffh.. Kemudian saya bertanya kepada kawan ikbal dari Malaysia apakah langsung melanjutkan perjalanan ke kota Luang Prabang atau menginap di Kota Vientiane. Sebab saya juga tidak lama di kota ini karena tujuan selanjutnya sudah dekat, Bangkok !

1365853958793287017  
(Pemandangan malam hari disisi sungai mekong di daerah Namphaw Fountain di jalan Setthathirath road. )

karena lelah bercampur lapar dan sudah seharian berada didalam bus, sedikit mabok darat juga akhirnya mereka memutuskan menginap semalam di Vientiane untuk besoknya melanjutkan perjalanan ke Luang Prabang. Tanpa membuang waktu saya langsung setuju dan ikut menginap dengan pertimbangan bisa share biaya kamar untuk bertiga jadi lumayan irit. Kami pun naik tuk-tuk dengan membayar 2 USD/orang dari terminal dok-dok menuju area turis yang berpusat di Namphaw Fountain di jalan Setthathirath road persis di sisi sungai Mekong Kota Vientiane. Saya lupa nama hostelnya, kami dapat privat room 12 USD/malam dibagi tiga, satu kamar terdapat tiga ranjang pas buat kami bertiga. Setelah mandi dan bersih-bersih kami lalu mencari makan malam di pesisir sungai Mekong sambil bercerita pengalaman perjalanan selama di Vietnam.

13658540921959189705  
(Bangunan yang menyerupai kuil berada didalam taman pesisir sungai mekong.)

Meskipun Vientiane merupakan Ibu Kota dari Negara Laos tapi pariwisata di kota ini kurang berkembang, masih dibawah Luang Prabang yang lebih menawarkan banyak pilihan destinasi wisata. Dan juga karena waktu yang sedikit saya melewatkan objek wisata di Kota Vientiane seperti Patuxai Gate sebuah tempat yang mirip dengan Arc de Triomphe di Paris, juga kompleks candi Pha That Luang sebuah bangunan candi kuno dengan emas yang menyelimuti pagodanya.
Esok paginya sekitar jam 10 saya kemudian diantar oleh Ikbal dan Azham menggunakan sepeda yang kami sewa di hostel tempat kami menginap menuju central bus station, terminal khusus dipusat kota Vientiane untuk menuju Nongkhai atau Udon Thani di wilayah Thailand yang tidak jauh dari hostel kami menginap sekitar 15 menit naik sepeda. Dan saya pun membeli tiket bus Vientiane-Nongkhai (Thailand) seharga 17 ribu rupiah, kurang lebih 2 jam perjalanan hanya sekedar transit di Nongkhai lalu kemudian menuju Bangkok. 

136585420546615018 
(central bus station, tempat kami berpisah untuk melanjutkan perjalanan masing-masing, saya menuju Bangkok kawan itu menuju Luang Prabang masioh di Negara Laos.)

Bersambung.., sampai ketemu di Bangkok..!


11 Mar 2013

Part 2, Blusukan ala Backpacker di 5 Negara 11 Kota Asia Tenggara

Hanoi, interesting journey and wonder halong bay !

          Dari Ho Chi Minh City saya kemudian terbang ke Hanoi ibu kota Vietnam yang letaknya paling timur disemenanjung Indochina Asia Tenggara, berbatasan langsung dengan Republik Rakyat China bagian utara. Tiba di bandara Noi Bai Hanoi waktu menunjukan pukul 23.55 tengah malam waktu setempat, dikarenakan pesawat yang saya tumpangi mengalami keterlambatan take off atau delay sekitar 4 jam, menambah tingkat kesabaran dalam berpetualang di negeri orang. (pasrah aja dah, wkekekkk..)
      Turun dari pesawat saya langsung disambut dengan udara yang dingin, seperti di Bogor puncak pas waktu malam, dinginnya menggigit sampai ke tulang sangat berdeda dengan cuaca di HCMC yang panas dengan langit birunya. Dan memang saya datang pada saat musim dingin di Hanoi (bulan Februari), juga masih dalam suasana tet holiday ( hari raya imlek) sehingga hal-hal yang berhubungan dengan wisatawan menjadi mahal, mereka bilang high season, asem! salah gue apa..? hiks..
      Saya menginap di apartemen kawan lokal di pusat kota Hanoi namanya Andrew Minh, hasil chatting singkat dari komunitas Couchsurfing (semacam jaringan backpacker dunia) yang kebetulan bersedia menjadi host saya di hanoi. Di Couchsurfing ini kita juga harus bersedia menjadi host jika ada backpacker dari luar negeri yang akan berkunjung ke tempat kita, ya saling berbagilah friendship helping others begitu kata motto hostel saya di saigon. Jadi sebelum saya take off dari Ho chi minh saya sudah menguhubungi Andrew terlebih dahulu menanyakan kesediaan dan alamat tempat tinggal dia. Dan direspon dengan cepat oleh Andrew dengan mengirimkan sms alamat apartemennya serta panduan transportasi yang murah dan cepat menuju tempatnya yang berjarak tidak jauh dari pusat kota old quarter.

Sumber: Ini dia Andrew Minh warga lokal, host keren saya yang baik hati mau berbagi ditempat di apartemennya.

    Saya pun mengikuti petunjuknya, keluar dari bandara noi bai Hanoi saya menuju pemberangkatan Bus yang masih di area bandara semacam Bus damri diterminal kedatangan soekarno hatta. Karena waktu sudah dini hari maka ini bus terakhir menuju stasiun bus dekat kota dan tidak ada bus dari bandara yang langsung menuju pusat touris old quarter. Info yang saya dapat kalo kita naik taksi direct/langsung ke pusat touris old quarter maka ongkosnya akan lebih mahal sekitar 150 ribu rupiah perjalanan kurang lebih 1,5 jam.

       Karena ini edisi backpacker maka saya cari yang termurah sedikit estafet tak apalah yang penting aman. Biayanya? naik bus dari bandara ke stasiun deket kota kalau ga salah ingat 20 ribu dong, atau 10 ribu rupiah, terus dari stasiun menuju tempat kawan andrew yang berjarak 15 menit dari old quarter hanya 140 ribu dong ( 70 ribu rupiah), itu pun saya bayar dengan 5 USD+ 10 ribu dong ( sekitar 55 ribu rupiah) karena bekal mata uang dong saya tinggal 10 ribu, saya lupa menukar USD ke dong saat dibandara karena mengejar Bus. akhirnya saya kasih pecahan 5 USD dan 10 ribu dong, dan sopir taksi yang ganteng itu sedikit cemberut menerimanya, lalu menggunakan bahasa vietnam sedikit ngomel gak jelas dan saya pun membalas dengan bahasa tangan ala tarsan, sorry i dont have any more money in dong! Karena bete akhirnya sopir taksi yang keren itu pun cabut. Hehe.. berhasil!

       Saya menghabiskan 2 malam menginap di apartemen kawan Andrew yang sederhana, bangunannya mirip rumah susun dijakarta tapi lingkungannya rapih dan bersih, mulai dari tangga lantai satu kita sudah harus membuka sepatu atau sendal sampai ke lantai 4 tempat kamarnya, begitu juga dengan penghuni lain semua tertib dengan kesadaran sendiri.

       Setelah istirahat sehari penuh, hari kedua Andrew mengajak saya berkeliling kota hanoi dan menjelaskan tempat-tempat asik dan bersejarah seperti Ho Chi minh Mousleum tempat jasad paman ho di awetkan. Mengajak saya berenang pada malam hari dikolam renang air hangat dipusat kota Hanoi lalu makan malam dipusat touris old quarter, sungguh keren orang ini dan sepertinya itinerary ini disamakan kepada semua tamu couchsurfing yang datang menginap ditempat dia, cool man!


Sumber: Ho Chi minh Mousleum tempat jasad paman ho di awetkan, sayang saya berkunjung di hari jumat pada saat museum ini tutup untuk umum dalam perawatan.


Sumber: Kuil tua disebelah museum ho chi minh yang masih ramai dikunjungi oleh wisatawan.
Sumber: Kuil cantik ditengah kolam, masih di area museum ho chi minh

Sumber: Penjaga keamanan museum ho chi minh sedang apel untuk pertukaran shift jaga

     Saya juga diajak berkeliling dipusat old quarter yang dalambahasa Vietnam Phố  Cổ alias kota tua, dan memang disebut kota tua karena dulunya kota Hanoi memang sebatas daerah old quarter ini aja. Tapi, kota tua di Hanoi ini tidak sama seperti kota tua-nya Jakarta. Bukan cuma bangunan-bangunannya aja yang keliatan klasik bin unik, tapi juga suasananya yang perpaduan dari arsitektur Perancis dan Cina dan sampai sekarang masih terawat dengan baik.


Salah satu bangunan tua dipusat old quarter yang dijadikan hotel dan rumah makan.

Taman cantik di old quarter menambah kesan klasik suasana kota.


        Dipusat old quarter ini juga terdapat danau Hoan Kiem yang romantis, pernah disebut Luc Thuy atau Green Air karena air didanau itu hijau sepanjang tahun, dan pada abad ke lima belas danau itu berubah nama menjadiHo Hoan Kiem. Akhirnya camera saya yang lebih banyak cerita memastikan setiap moment tidak lepas dari jepretan camera, dan Andrew dengan setia menjadi juru foto saya, dasar gak sopan ye. Hehe..


Danau Hoan Kiem ditengahnya terdapat kuil tua yang masih terawat sampai sekarang.

Pemandangan danau hoan kiem saat malam tiba dipenenuhi lampu warna warni



Dipinggir danau banyak aktifitas warga yang bisa dilakukan, mulai joging pagi, sekedar santai sampai tempat pacaran muda-mudi hanoi. uhuuy !

Narsis dikit, boleh ya.. wkkkk


Patung Lenin, tokoh sentral komunis Uni Soviet yang menjadi teman dekat Ho chi minh melawan Amerika dan temannya.

      Hari ketiga di Hanoi sambil pamitan dan dibantu Andrew saya mulai mencari agent travel untuk tour ke Halong bay salah satu keajaiban dunia untuk pemandangan alam yang sempat bersaing ketat dengan pulau komodo dari Indonesia. Halong bay memang menjadi tujuan destinasi saya ke Vietnam, kurang lengkap rasanya menjelajah Vietnam jika tidak mengunjungi halong bay meskipun masih banyak kota-kota lain divietnam yang menjadi pilihan destinasi wisata.
Setelah dibantu kawan Andrew dengan melobi agent travel yang saya datangi akhirnya dapat paket tour 2 hari 1 malam menginap diatas Jung ( sebutan perahu wisata khas halong bay) seharga 40 USD sudah termasuk Bus PP hanoi-halong bay, makan 4 kali, tiket masuk ke goa dong thien cung yang terletak di pulau karang dao go di halong bay, bermain kayaking dan yang paling asik menginap diatas jung merasakan keindahan halong bay yang diliputi sejuta misteri dengan kabutnya yang penuh mistis. Sayangnya karena musim dingin saya tidak mendapatkan sinar matahari selama di Hanoi maupun di halong bay, dari pagi sampai petang wilayah ini diselimuti kabutseakan para naga sedang bersedih, begitu mitosnya.

Itinerary tour halong bay 2 hari 1 malam:
       Hari pertama : pagi jam 8.15 saya dijemput tour guide dari old quarter untuk bergabung bersama wisatawan lain menuju tempat kerajinan tangan khas hanoi sekitar 1,5 jam dari pusat kota. Setelah itu lanjut ke halong bay masih 2 jam lagi. Tiba di dermaga halong bay pukul satu siang, lalu tour guide mengurus administrasi wisata untuk rombongan kami. saya pun mencari camilan buat dikapal, beberapa wafer, roti dan sebotol red wine tahun 2008 asli buatan Dalat salah satu kota di Vietnam. Harganya? Hehe.. klo ga murah pasti gue cuekin, cuman 60 ribu dong atau 30 ribu rupiah satu botol, kalo urusan miras emang vietnam jagonya semua minuman import serba murah disini.

 
 Tiba didermaga halong bay menuju kapal.
 

Jung, tempat saya menginap semalam berlabuh di halong bay.


 
berlayar di selat halong yang eksotis dengan gugusan pulau karang.
 
 Menikmati udara halong yang dinginnya menggigit sampai ke tulang.. lebay.

       Tapi ingat kita backpackers bukan untuk hura-hura, hanya sekedarnya tak apalah sambil melihat dari dekat ciptaan tuhan, merasakan kedekatannya melalui pemandangan landscape gugusan pulau karang yg ratusan jumlahnya sungguh tak bisa diungkapkan dengan kata-kata, hanya fragmentasi yang bisa menjawab. Walah makin ngaco dah.. wkwkkk..
Setelah adminstrasi beres, kami pun menuju kapal untuk segera berlayar dan makan siang sudah tersaji didalam kapal, menunya prasmanan pas dengan lidah kita : sayuran, soup, nasi, ayam, kentang, telur dan ditutup dengan buah-buahan, jadi perbaikan gizi selama dihalong.

 
 Makan siang didalam kapal dengan pemandangan halong yang ajiib.

Pemandangan diluar kapal, menemani makan siang yang lain dari biasanya.. barokallah.

       Setelah makan siang, kapal bersandar disebuah pulau gao do yang sudah ramai dengan kapal lainnya lalu saya dan seluruh wisatawan turun dari kapal menuju pintu masuk mengikuti tour guide kami kedalam goa dong thien cung. Guide kami menjelaskan bahwa gua ini, Dong Thien Cung surganya para goa dan termasuk warisan dunia yang dilindungi oleh Unesco, goa ini ditemukan oleh seorang nelayan lokal pada tahun 1990-an. Setelah puas menelusuri goa dong selama 45 menit kami menuju kapal untuk kembali berlayar.

 
 Ini dia surganya para goa, dong thien cung.

Di dalam goa, mirip lobi istana jaman batu.. hehe, ajiib dah.

       Setelah 15 menit berlayar kapal kembali berlabuh, kali ini bersandar ditengah kampung terapung yang dihuni penduduk setempat sambil membuka warung sederhana untuk keperluan wisatawan seperti, air mineral, makanan ringan dan buah-buahan. Disini kami diberi waktu 40 menit untuk bermain kayak dan berenang kalau berani karena airnya sangat dingin tidak ada yang nekat termasuk saya, hanya bermain kayak menjelah beberapa goa karang disekitar pulau.

kampung terapung ditengah halong bay, damai banget suasananya dijamin betah tinggal disini.



main kayak dengan suasana halong, serasa berada di film-film china tempoe dulu. hehe..]

     Selesai bermaik kayak, kapal kembali berlayar mengarungi gugusan pulau karang yang indah dan akhirnya tiba didermaga pulau cat ba salah satu taman nasional halong bay yang fasilitas resort dan hotelnya juga lengkap. Saya tetap milih menginap diatas kapal karena ada beberapa wisatawan asing yang memilih menginap di pulau ini, tergantung selera. Setelah makan malam acara bebas dan saya habiskan malam itu dengan kawan baru dari belanda, inggris dan jerman diatas kapal sambil ditemani red wine kami berbagi pengalaman perjalanan, sungguh menyenangkan.

 
 Dermaga pulau cat ba, terdapat fasilitas penginapan yang lengkap disini. didalam pulau ini juga ada air terjunnya loh..


kapal-kapal yang berlabuh di halong bay sambil memanjakan para wisatawan.]

    Hari kedua, Pagi hari cuaca halong masih tertutup kabut setelah sarapan saya lalu keatas dek kapal mengambil beberapa gambar dan merekamnya. Melihat kapal – kapal lain yang berlabuh berderet rapi menambah kesan eksotis halong bay, spectacular natural wonder!


Dekorasi kamar didalam kapal, gak kalah sama hotel bintang 3 ditambah kamar mandi dengan air panas., mantaab dah.



Salah satu kelebihan wisatawan indonesia, tetap eksis dalam cuaca apapun. wkwkwkk..

       Kapal tiba kembali didermaga halong bay pukul 12 siang, lalu saya dan beberapa wisatawan yang satu rombongan menuju bus kecil yang telah disediakan tour guide kami untuk menuju rumah makan dipusat kota halong bay sekitar 10 menit perjalanan. Makan siang sudah termasuk satu paket tour 2 hari 1 malam halong bay, keren ya. Inilah istimewanya Vietnam meski pendapatan ekonominya masih dibawah kita tapi manajemen pariwisatanya sungguh tertata dengan baik, mereka mampu mengemas paket wisata yang murah meriah dengan pelayanan memuaskan. Bayangkan dengan 40 USD ( 400 ribu rupiah) kita bisa menginap di atas kapal wisata berikut makan dan fasilitas wisata lainnya, ditambah lagi antar jemput Bus PP yang jaraknya cukup jauh dari hanoi 3,5 jam perjalanan. Seandainya raja ampat papua bisa mengemas paket wisata yang murah pasti lebih asik menjelajah tanah air sendiri, hehe.. mimpi sang petualang.

      Kembali dari dari halong bay menuju hanoi hari sudah petang dan tiba di old quarter jam 6 sore, saya pun mencari peningapan untuk menginap semalam lagi. Mengumpulkan energi sambil mencari tiket Bus menuju laos esok harinya yang banyak sekali ditawarkan oleh agent travel dipusat old quarter, kita tinggal membandingkan saja mana yang lebih murah.

       Saya akhirnya menginap di Old quarter backpacker hostel, room dominitory 5 USD/malam include coffe morning, wifi, dan internet gratis. Total keseluruhan saya menghabiskan 5 hari 4 malam di hanoi dan halong bay, masih terasa kurang puas rasanya karena saya melewatkan dataran tinggi sapa, sebuah kota kecil yang indah di ujung utara vietnam dengan ketinggian 1.500 dpl dan puncaknya memiliki ketinggian 3.100 dpl berjarak 350km dari Hanoi sekitar 9 jam perjalanan.
 
Minum kopi khas vietnam didepan old quarter backpacker hostel bersama teman lokal hanoi. teman baru dikota baru, asooyy.

      Tapi karena waktu yang saya miliki hanya 19 hari dan ini sudah hari ke 9 saya di Vietnam maka saya harus membagi waktu untuk destinasi saya berikutnya yang sudah masuk dalam daftar Itinerary saya. Laos, bangkok, Phuket, melaka dan singapore.
So, sampai ketemu di laos., tetap jaga kesehatan !

9 Mar 2013

Menembus Batas bersama Air Asia

Blusukan ala backpacker di 5 negara 11 kota asia tenggara

True life in Vietnam !


Meninggalkan rutinatas sejenak dan melepaskan carut marut kota Jakarta yang semakin sengkarut untuk membuka mata dan melihat keindahan dunia luar dengan jalan-jalan ala backpacker adalah hobi saya, yang memang suka dengan tantangan dan petualangan. Ingin selalu melakukan hal-hal yang tak pernah saya lakukan agar hati tak bertanya-tanya agar mimpi jadi kenyataan, begitu kata om tony q. Tidak puas rasanya hanya mendengar dan membaca dari buku atau cerita teman tentang keindahan alam dan eksotisme suatu negara diluar sana tanpa bisa merasakan dan menyaksikan sendiri dengan hadir ditengah mereka.

Perjalanan saya menjelajah asia tenggara memang tidak direncanakan alias nekat, karena saya hanya seorang diri dan baru pertama kali keluar negeri tanpa teman yang memang sedang tidak akur waktunya. Seperti petualangan saya yang sudah-sudah selalu mendadak mengikuti suasana hati yang selalu ingin dituruti. Hehe.

Awal tahun 2013 pertengahan bulan januari ketika kontrak kerja saya selesai, saya mulai memutuskan untuk bisa mewujudkan mimpi saya berpetualang ke indocina dataran asia tenggara yang semua negaranya bebas visa karena masuk dalam komunitas negara Asean. 

Akhirnya saya pun mencari informasi bagaimana melakukan perjalanan backpacker dengan dana low budget bisa blusukan 5 negara sekaligus dengan waktu 19 hari yang saya rencanakan. Jawabannya, silahkan buka internet semuanya ada dan lengkap!! Terutama untuk penerbangan murah Air Asia yang memberikan solusi penerbangan murah sesuai kantong backpacker. Saya juga mendapat info tentang Negara tujuan saya dari artson-travelpedia, milis Backpacker Indonesia, oryza, dan reza, thanks all.. semuanya hasil searching singkat di dunia maya. Negara mana saja yang dijelajahi?

saya memulai petualangan dari Vietnam -Laos - Thailand - Malaysia - Singapura

Dengan route pesawat : Jakarta - Ho Chi MinhHanoi, seterusnya dari Hanoi sampai singapore saya tempuh melalui overland alias menggunakan Bus antar Negara dan antar kota. Hanoi-Vientiane ibu kota Laos : waktu tempuh dan harga tiket ( sekitar 24 jam, Rp 220.000) lalu menyebrang Vientiane- Nongkhai ( sekitar 1 jam, - +, Rp 17.000 ) dari Nongkhai ke Bangkok ibu Kota Thailand (sekitar 10 jam, - +, Rp 130.000), Bangkok- Phuket ( 13 Jam, Rp 170.000,-) terus lanjut Phuket-Hatyai ( 9 jam,- +, Rp 130.000,-) lalu Hatyai-Kuala Lumpur (9 Jam, Rp 160.000,-) setelah itu Kuala Lumpur- Melaka (2 jam, Rp 27.000,-) dari Melaka ke Singapore (3 jam, Rp 66.000,-)
dan akhirnya dari Singapore menggunakan kapal ferry finish di batam ( 1,5 Jam, Rp 184.000,-) untuk selanjutnya terbang ke Jakarta, lumayan nekat batin saya.  Dan semua jalur darat yang saya lewati aman untuk backpackers maupun pemula seperti saya.

Hunting tiket murah pun dimulai, cek semua maskapai dan akhirnya dapat tiket Air Asia promo jakarta-Ho chi minh Rp.669.000,- berangkat tanggal 14 februari 2013 jam 16.35 WIB lalu boking tiket maskapai jetstar tanggal 18/02/2013 ho chin minh-hanoi masih harga promo Rp 470,000,- dan tiket pulang dari batam-jakarta tanggal 5 maret 2013 menggunakan maskapai citylink Rp 188.000,-. Semua dengan harga promo, itulah esensi backpacker harus mencari harga termurah dari yang murah, alias penuh perhitungan. (haha..) sudah selesai persiapannya? Belum! 

Karena ini petulangan edisi nekat dan saya belum punya passport maka saya harus mengurus ke kantor imigrasi terdekat agar bisa memperoleh passport yang menjadi tiket untuk bisa bergaul dengan dunia luar. Setelah seminggu saya mengurus permohonan passport dikantor imigrasi jakarta selatan, akhirnya hari kedelapan passport saya selesai dan bisa diambil dengan membayar keseluruhan Rp 255.000,-.

Imigrasi jakarta selatan sedang membangun citra positif sehingga para pemohon mudah untuk mengurus sendiri walaupun antriannya sedikit parah. Saya sarankan datang jam 6 pagi untuk mengantri karena diatas jam 7 antrian sudah mengular sampai ke basemant tempat parkir.

Perlengkapan yang saya bawa hanya untuk kabin dalam pesawat jadi tidak boleh lebih dari 15Kg. Ransel ukuran 30 liter, dengan bawaan kaos 6 potong, celana pendek 2, celana panjang 2, pakaian dalam serta obat-obatan standar dan peralatan mandi tentunya. Untuk asesoris kacamata hitam (wajib), MP4, headlamp persiapan masuk chu chi tunnels, note book kecil serta pulpen agar bisa mencatat segala peristiwa, untuk mengabadikan setiap moment saya membawa Canon EOS Rebel T3.
Agar memudahkan transaksi dinegara asia tenggara, sebaiknya menukar rupiah ke USD sejak di indonesia sebab nilai tukar USD cukup tinggi di negara asean dan info yang saya dapat hampir semua negara asean menerima pembayaran mata uang USD. Total yang saya bawa ada 280 USD.
Dan tibalah hari yang dinanti, kamis 14 Februari 2013 sebelum berangkat ke bandara soekarno hatta saya mengecek ulang perlengkapan seperti passport, tiket, dan perlengkapan yang lain setelah semua beres akhirnya pamitan sama orang tua minta doa agar selamat sampai pulang kerumah, kalo terjadi apa-apa ya tinggal datang ke KBRI dinegara bersangkutan minta dipulangin, itu yang terpikirkan seandainya hilang dinegara orang. Hehe..

Hari pertama 14-februari 2013


Pesawat Air Asia on time terbang sesuai jadwal pukul 16.35 WIB dari bandara soekarno hatta dan tiba dibandara Tan son nhat Ho chi minh city pukul 19.45 tidak ada perbedaan waktu antara indonesia dan vietnam. Turun dari pesawat saya coba tengok kiri kanan apakah ada yang satu golongan dengan saya dari indonesia ternyata ada sepasang suami istri yang sedang honeymoon, maka saya pun coba menyapa agar bisa bareng satu taksi menuju distrik satu saigon daerah ben than market pusat touris dan penginapan murah di ho chi minh city, mereka sengaja datang ke ho chi minh untuk berbulan madu, (romantis aje, alias sirik nih, wkkk).


Saat di imigasi pengecekan passport untuk masuk ke vietnam petugasnya wanita menanyakan ‘tujuan datang ke ho chi minh’? lalu saya menjawab untuk liburan dan ditanya lagi “mana tiket pulang”? saya bilang saya akan ke hanoi lalu menggunakan bus ke laos. Petugasnya agak sedikit penasaran, karena passport saya baru dikeluarkan tanggal 31 januari 2013 dan masih kosong alias ‘perawan’ sehingga menimbulkan kecurigaan, ditambah lagi tiket pulang yang saya sodorkan melalui batam-jakarta dia bingung ‘batam itu dimana’? Saya jawab itu wilayah indonesia dan saya akan menempuh jalur darat dari hanoi sampai singapore lalu menyebrang ke batam. Akhirnya petugas wanita itupun menyerah dan mencap passport saya pertanda saya diperbolehkan tinggal selama satu bulan dinegara komunis tersebut. Piuffhh…!!

 Suasana bandara Tan son nhat Ho chi minh city, ga pake sistem antrian semua berebut untuk dapat taksi Vinasun or Mailinh. kocak ya.. wkkk

Setelah keluar dari imigrasi masih dibandara saya mencari money changer untuk menukar USD ke dong mata uang vietnam ( nilai tukar 1 USD = 20.000 dong) lebih rendah setengahnya dari rupiah. Segera saya menghampiri kawan dari indonesia yang sedang honeymoon untuk sharing ongkos taksi agar lebih murah. Dan kami memilih taksi Vinasun yang memang rekomendasi dari teman yang pernah ke vietnam karena lebih murah dari taksi lainnya. Ongkos dari bandara ke benthan market sekitar 170.000 dong atau sekitar 85 ribu rupiah dan sopir pun mengantarkan ke alamat hotel tempat menginap pasangan kawan ini.

Durasi perjalanan dari bandara ke distrik satu benthan market kurang lebih 45 menit, karena saya belum booking hotel maka saya mencari on the spot hostel murah dan dapatlah di jalan pham ngu lao nama hostelnya saigon backpacker hostel kamar dominitory isi 6 orang 7 USD/malam, sudah termasuk sarapan pagi, wifi gratis sama layanan internet gratis murah bukan?, sebab masih diwilayah distrik satu pusat area tourist

Setelah melepas ransel dikamar jam menunjukan pukul 11 malam saya pun keliling di area distrik satu yang memang tidak pernah mati oleh aktifas hiburan malam. Bagi yang muslim sungguh sulit mencari makanan halal divietnam seperti kita mencari pacar baru (hehe..) sangat menantang karena semua masakan yang dimasak oleh penduduk lokal rata-rata mengandung babi, cari aman saya akhirnya memesan nasi ayam seharga 30.000 dong atau 15 ribu rupiah. Setelah itu balik ke hostel dan istirahat. zZZzz..

Ini pengalaman pertama saya keluar negeri dan paling jauh terdampar di vietnam negara komunis yang mempunyai aksara dan bahasa yang berdeda sungguh tantangan tersendiri. Namun yang membuat saya tertarik adalah sejarahnya, warganya pernah menganut paham marxisme-leninisme musuh dari kapitalisme. Melihat kehidupan warga vietnam dari dekat dengan rasa nasionalisme yang tinggi sungguh heroik.

1370188563862057435
Jalan De tham diujungnya terdapat caffe buffalow crazy tempat para penggila party

Disemua tempat apakah itu jalan protokol, rumah pribadi, hotel, rumah sakit, kantor pemerintah bahkan di panti pijat selalu berkibar panji panji komunis bendera vietnam maupun bendera palu arit yang menjadi simbol perlawanan Ho chi Minh saat membawa bangsanya keluar dari krisis perang saudara dan mengalahkan Amerika. Meski demikian secara ekonomi vietnam sudah tidak lagi menutup diri terhadap dunia luar dan pasar bebas, ini bisa kita lihat dari masuknya budaya barat yang memang sangat mendominasi di area touris distrik satu saigon, serba western!

1373996705620268426
Suasana malam dijalan de tham distrik satu saigon.

Suasana malam di area distrik satu saigon, 24 jam non stop !
Saya menghabiskan 5 hari 4 malam di ho chi minh city bersama teman-teman baru dari negara lain yang tinggal satu hostel dengan saya, Australia, Kanada, Belanda, Inggris dan Jepang. sangat menyenangkan. objek wisata yang paling terkenal di HCMC adalah cu chi tunnels, cao dai temple dan menyusuri sungai delta mekong yang semuanya terletak diluar kota ho chi minh sekitar 2.5-3 jam perjalanan. Selain objek wisata dalam kota seperti : city hall, ben than market, reunification palace, saigon opera house, the war remant musuem, the notre dame cathedral dan the general post office, semua ini bangunan peninggalan arsitek perancis dan masih terawat baik sampai sekarang dan letaknya pun saling berdekatan masih diwilayah distrik satu bisa ditempuh dengan jalan kaki.
Patung Bunda Maria di notre dame cathedral.


the general post office


Patung pejuang, persis didepan pasar Ben than Market.


Didepan balai kota city hall

Hari kedua di HCMC saya habiskan untuk berkeliling distrik satu mengunjungi objek wisata museum dan bangunan bersejarah, pertama reunification pallace tiket masuknya 20 ribu dong atau 10 ribu rupiah. Reunification Palace sebelumnya dikenal sebagai Istana Kemerdekaan, dirancang oleh arsitek Ngo Viet Kam sebagai rumah dan tempat kerja Presiden Vietnam Selatan selama Perang Vietnam dan tempat penyerahan kekuasaan resmi selama Kejatuhan Saigon pada tanggal 30 April 1975. Ini kemudian dikenal sebagai Istana Kemerdekaan, banyak terdapat ruangan mewah di dalamnya. Setelah mengelilingi gedung ini selama 45 menit saya pun beranjak keluar untuk menuju war remain museum yang berdekatan dengan reunification pallace. 

 
Reunification Pallace, dulunya rumah dan tempat kerja Presiden Vietnam Selatan selama Perang Vietnam 

Hari ketiga di ho chi minh city saya memilih satu hari full tour cu chi tunnels dan cao dai temple dengan harga 8 USD sudah termasuk bus PP dan guide tapi belum termasuk tiket cu chi tunnel seharga 40 ribu rupiah. Jam 8 pagi saya sudah dijemput oleh tour guide menuju bus yang sudah siap didepan hostel, didalam bus sudah penuh dengan bule-bule dari eropa, australia dan jepang. Hanya saya seorang yang berasal dari indonesia, asik aja.

Lalu tour guidenya yang seorang perempuan muda vietnam dengan bahasa inggris yang expert dicampur dengan logat vietnam menjelaskan perjalanan tour kita kali ini pertama mengunjungi cao dai temple baru menuju cu chi tunnels. Akhirnya bus bergerak perlahan menuju cao dai, sedikit lambat memang mungkin sudah budaya lalu lintas di vietnam yang sedikit tertib hampir semua bus tidak ada yang melebihi kecepatan 60km/jam, beda dengan di republik mimpi tempat saya tinggal. Hehe..

Cao dai temple terletak diluar kota ho chi minh sekitar 70km lebih, setelah menempuh perjalanan 2 jam akhirnya bus sampai di area cao dai temple dimana pintu masuknya sebuah gerbang yang didalamnya banyak sekali terdapat banungan unik dan yang utama adalah cao dai temple. Cao Dai adalah salah satu agama yang dianut oleh penduduk Vietnam merupakan perpaduan dari ajaran Konfusianisme, Taoisme, teori karma, kelahiran kembali dari agama Buddha, Katolik Roma, dan sedikit Agama islam. 

Para penganut kepercayaan Cao Dai percaya bahwa pada prinsipnya semua agama adalah sama. Ini tercermin dari bangunannya yang khas dengan agama budha, hindu, kong hu cu, tao, kristen, katolik dan islam. Setelah menghabiskan waktu 45 menit melihat kemegahan bangunan cao dai temple serta melihat aktifitas ibadah yang sedang berlangsung, saya pun menuju bus untuk menuju tujuan berikutnya cu chi tunnels.

 
Cao dai temple, semua agama jadi satu didalamnya. Agama yang unik!



Cara ibadah penganut agama cao dai yang menyerupai sujud.

Sejarah kelam perang saudara di tahun 1970an dan keterlibatan tentara amerika membuat cu chi tunnels menjadi saksi bisu betapa kecanggihan senjata modern yang dimiliki tentara amerika tidak bisa mematikan perlawanan tentara vietkong pada masa itu. Melalui bangunan bunker bawah tanah, Cu Chi terowongan yang panjangnya lebih dari 250 km dan memiliki tiga level, mempunyai fungsi masing-masing dengan kedalaman 3 sampai 9 meter. Membuat tentara vietkong leluasa meyusun perlawanan gerilya yang sangat tradisional dengan memanfaatkan hutan dan alam yang ada.

Didalam tunnels itulah semua aktifitas dijalankan mulai dari memasak, tidur, membuat rumah sakit, gudang senjata sampai tempat persalinan bagi wanita-wanita Vietkong yang akan melahirkan semua dilakukan dalam keadaan darurat dibawah tanah. Di sini juga kita bisa melihat macam-macam ranjau dan jebakan yang dibuat oleh tentara vietkong untuk menghambat pergerakan tentara amerika. Dan sampai hari ini terowongan itu masih berdiri kokoh menjadi saksi bisu bahwa militansi serta tekad rakyatlah dan bukan teknologi yang menentukan siapa yang menang perang.


Salah satu lubang bunker yang hanya bisa dimasuki oleh tentara vietkong karena ukurannya yang kecil.
 
The real vietkong.. hehe..

 
Salah satu pintu masuk ruangan bawah tanah di cu chi tunnels.

 
Dalam ruangan bawa tanah yang sudah dimodifikasi dan bisa dijelajahi oleh wisatawan.

Di area cu chi tunnels ini kita bisa mencoba berbagai jenis senjata yang digunakan tentara vietkong maupun tentara amerika saat perang vietnam dulu. Mulai dari AK47, M16, M1 sampai M30 bisa kita jajal, tapi cukup mahal memang untuk mencoba senjata tersebut diperlukan minimal 270 ribu dong atau sekitar 120 ribu rupiah untuk sembilan peluru tidak boleh kurang dari sembilan peluru karena sudah satu paket.

Selepas diajak berkeliling dari semua tempat yang ada di area cu chi tour guide mengajak rombongan tour untuk menonton film kisah perang vietnam dengan setting tahun 70an yang masih hitam putih menceritakan perlawanan heroik tentara vietkong melawan tentara amerika dan film ini menutup tour di cu chi tunnels, sungguh pengalaman yang berharga bisa melihat dan merasakan langsung tempat paling angker bagi tentara amerika di vietnam.

Setelah mendapat peluru, kita bisa lampiaskan disini tembak sesukanya.. dorr.dorr..


Hari ke empat dan kelima saya habiskan untuk jalan-jalan diseputar distrik satu bersama kawan-kawan baru, minum kopi khas Vietnam nongkrong di jalan bui vien, de tham dan pham ngu lao sambil melihat kehidupan warga Vietnam dari dekat, sungguh True life in Vietnam ! Terima kasih Air Asia, ditunggu promo selanjutnya..